Powered By Blogger

Wednesday, October 19, 2011

Nang Ampun Kisah

Jamal T. Suryanata —sekadar nama-pena yang sering digunakan Jamaluddin dalam dunia penulisan dilahirkan pada 1 September 1966 di Kandangan (HSS), Kalimantan Selatan. Meraih gelar sarjana dari STKIP PGRI Banjarmasin pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) dengan skripsi berjudul “Sajak-sajak Ajamuddin Tifani dalam Sentuhan Sufistik: Hermeneutika Kerohanian Sebagai Titik Tolak Pengkajian” (1999), kemudian menyelesaikan Program Pascasarjana di FKIP Unlam Banjarmasin (untuk program studi yang sama) dengan tesis “Cerpen Banjar 19802000: Tinjauan Struktur, Isi, dan Konteks Sosialnya” (2004).

Dalam kapasitasnya sebagai penulis, beberapa karyanya pernah terpilih sebagai pemenang dalam berbagai even sayembara penulisan, baik di tingkat lokal maupun nasional; antara lain sebagai Juara II Sayembara Penulisan Cerpen Indonesia DKD Kalsel (1992), Juara I Sayembara Penulisan Buku Bacaan Anak Tingkat Nasional (1993), Juara III Sayembara Penulisan Cerpen Indonesia DKD Kalsel (1994), Juara II Lomba Cipta Puisi Batu Beramal 2 Se-Indonesia versi Studio Seni Sastra Kota Batu,  Malang (1995), Juara Harapan II Sayembara Penulisan Fiksi Anak Tingkat Nasional (1996), Juara I Sayembara Penulisan Fiksi Anak Tingkat Nasional (1997), Juara I Sayembara Penulisan Buku Bacaan Anak Tingkat Nasional (1998), Juara I Sayembara Mengarang Esai tentang Pengajaran Sastra Tingkat Nasional (1998), Juara I Lomba Menulis Modul Lingkungan Hidup Se-Kalsel (2000), Juara I Lomba Menulis Cerpen dalam Bahasa Banjar Se-Kalsel (2007), dan Juara I Sayembara Penulisan Esai tentang Perkembangan Publikasi Sastra di Kalimantan Selatan 2000—2008 Se-Kalsel (2008).


Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, kritik dan esai sastra, serta artikel umum lainnya pernah dimuat di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Media Kalimantan, Media Masyarakat, Bali Post, Koran Tempo, Kompas, Swadesi, Wanyi, Ceria Remaja, Matabaca, On-Off, Gong, Al-Zaytun, Matra, Basis, Horison, Dewan Sastera (Kuala Lumpur, Malaysia), Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Rumahlebah: Ruangpuisi, Jurnal Widyaparwa, Jurnal Kebudayaan Kandil, Jurnal Sastra Kindai, dan Sastra Digital

Kegiatan sastra-budaya yang pernah diikutinya antara lain Festival Puisi Kalimantan (Banjarmasin, 1992), Mimbar Penyair Abad 21 (Jakarta, 1996), Program Penulisan Majelis Sastera Asia Tenggara: Esai (Bogor, 1999), Dialog Borneo-Kalimantan VII (Banjarmasin, 2003), Ubud Writer’s and Reader’s Festival (Ubud-Bali, 2004), Cakrawala Sastra Indonesia (Jakarta, 2005), Kongres Cerpen Indonesia IV (Pekanbaru, 2005), Festival Kesenian Yogyakarta (Yogyakarta, 2007), Kongres Cerpen Indonesia V (Banjarmasin, 2007), Temu Sastrawan Indonesia III (Tanjungpinang, 2010), dan Dialog Borneo-Kalimantan XI (Samarinda, 2011).


Sejumlah puisi, cerpen, dan esainya ikut disertakan dalam beberapa antologi bersama; antara lain dalam buku Festival Puisi Kalimantan (1992), Tamu Malam (1992), Bosnia dan Flores (1993), Batu Beramal 2 (1995), Kebangkitan Nusantara II (1995), Antologi Puisi Serayu (1995), Jendela Tanah Air (1995), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (2000), Wasi (2000), La Ventre de Kandangan (2004), Dian Sastro for President! (2005), Ragam Jejak Sunyi Tsunami (2005), Perkawinan Batu (2005), Jendela Terbuka: Antologi Esai Mastera (2005), Seribu Sungai Paris Barantai (2006), Sastra Banjar Kontekstual (2006), Tongue in Your Ear: Indonesian Poetry Festival (2007), Kalimantan dalam Puisi Indonesia (2011), Kalimantan dalam Prosa Indonesia (2011), dan Sumbangan Borneo Kalimantan Terhadap Sastra Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia (2011). ”Datanglah Sang Cahaya” adalah salah satu puisinya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Portugal dan dimuat dalam buku Antologia de Poeticas: Antologi Puisi Indonesia—Portugal—Malaysia (2008). 


Selain menulis dalam bahasa Indonesia, ia juga menulis puisi dan cerpen dalam bahasa (daerah) Banjar. Buku-bukunya yang sudah diterbitkan adalah Untuk Sebuah Pengabdian (Balai Pustaka, 1995), Mengenal Teknologi Penerbangan dan Antariksa (Adicita Karya Nusa, 1998), Di Bawah Matahari Terminal (Adicita Karya Nusa, 2001), Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra (Adicita Karya Nusa, 2003), Galuh: Sakindit Kisdap Banjar (Radar Banjarmasin Press, 2005), Penyesalan Sang Pemburu (Pabelan Cerdas Nusantara, 2005), Bulan di Pucuk Cemara (Gama Media dan LPKPK, 2006), Debur Ombak Guruh Gelombang (Tahura Media, 2009), Bintang Kecil di Langit yang Kelam (Tahura Media, 2009), Guruku Tidak Kencing Berlari (Tahura Media, 2010), dan Tragika Sang Pecinta: Gayutan Sufistik Sajak-sajak Ajamuddin Tifani (Akar-Indonesia, 2010).

Berkat prestasi dan dedikasi kepengarangannya, pada tahun 2006 ia dinobatkan sebagai salah seorang seniman peraih Hadiah Seni dari Gubernur Kalsel (untuk bidang sastra) dan pada tahun 2007 terpilih sebagai penerima Penghargaan Sastra dari Kepala Balai Bahasa Banjarmasin (untuk bidang penulisan cerpen). Kini, di sela-sela kesibukannya yang kian menumpuk sebagai praktisi pendidikan, ia masih berusaha mencuri-curi waktu dan bekerja keras untuk merampungkan beberapa naskah bukunya yang lain (naskah bukunya, Sastra Transisional: Tradisi Cerpen Banjar 1980--2000, akan segera diterbit!)#

No comments: